www.physiolearning.blogspot.com

Sabtu, 31 Mei 2014

Standar Postur Tubuh Ideal


Tubuh ideal adalah dambaan dari kebanyakan orang. Berbagai kiat ilakukan untuk mencapai proporsi tubuh yang ideal. Orang gemuk ingin kurus dan yang kurus ingin gemuk. Sebenarnya apakah standar yang digunakan dalam mengukur keadaan tubuh yang ideal itu? IMT (indeks massa tubuh) adalah standar yang menggunakan berat dan tinggi badan sebagai indikator untuk menyatakan seorang dalam kondisi kegemukan atau sebaliknya. Berikut adalah prosedur pelaksanaannya :
  • Ukur berat dan tinggi badan
  • Hitung menggunakan rumus :

  •  Lihat kriteria hasil :
Klasifikasi IMT Orang Dewasa
Menurut WHO


Sumber :



Senin, 26 Mei 2014

Reflek primitif



Pada awal mula kehidupan manusia yaitu pada waktu masih bayi dikenal dengan adanya reflek primitive yang dipersiapkan untuk mempertahankan hidup di kehidupan yang akan datang. Seorang Fisioterapis akan melakukan pemeriksaan reflek primitive ini secara normal pada anak berusia dibawah 6 bulan.
Pada reflek mechanism kortek hanya berfungsi sebagai pusat kesadaran dan pengontrol yaitu dengan memberikan stimulus inhibisi atau facilitasi. Reflek mechanism itu sendiri berada di tingkat spinal sehingga fungsi kesadaran pada korteks terjadi setelah mechanism reflek itu terjadi. Sehingga reflek primitive akan mulai menghilang. Yang dimaksudkan menghilang disini adalah tidak timbul secara nyata karena tertutupi oleh kemampuan ditingkat cortical.

Macam reflek primitif

Moro reflek
Reflek terkejut dengan mengkontraksikan tungkai dan mengangkat kedua tangannya. Reflek ini sepanjang hidup ada, tapi terkontrol. Reflek ini fungsional  pada umur 6 bulan dan mulai dapat terkontrol pada umur 7 bulan.

Blinking
Reflek berkedip yaitu reflek yang terlihat setelah diberikan stimulasi diantara kedua alis bayi akan berkedip.

Reflek galant
Cara mengetesnya yaitu dengan di beri goresan di punggung atau vertebrae, tubuh akan belok kanan atau kiri sesuai goresan yang diberikan.

Tonic labyrinthine
Merupakan reflek  keseimbangan yang dipengaruhi oleh vestibular.

Grasping
Reflek menggenggam. Bayi akan manggenggam apapun yang diletakan di dalam tangannya

Arm recoil
Merupakan reflek kembali ke posisi fleksi. Jika bayi tangannya dalam keadaan fleksi dan bila diluruskan dan dilepas otomatis akan kembali fleksi lagi.

Withdrawl
Cara mengetesnya yaitu dengan di beri goresan di telapak kaki, kaki akan spontan menekuk

Babinski
Cara mengetesnya yaitu dengan goresan di telapak kaki dengan arah lateral ke medial, maka arah jari-jari kaki ekstensi dan inversi

Rooting Reflek
Reflek mencari rangsang yang diberikan. Seperti mencari putting susu ibu. Reflek ini merupakan perilaku sexs yang paling alami dan awal yang dipicu oleh hormone oksitosin.

Landau Reflek
Pada bayi yang diposisikan telungkup dipangkuan ibu semua bagian tubuh akan cenderung ekstensi.

Shucking Reflek
Reflek mengenyut. Bayi akan mengengenyut apapun yang dimasukan kedalam mulutnya.

Righting Reflek
Reflek menegakan kepala. Merupakan reaksi tegak yang merupakan dasar dari postur motorik bayi.

Perezee  Reflek
Reflek menegakan trunk. Merupakan reaksi control tegak dari trunk. Reaksi ini dipengaruhi oleh righting reflek. Bila kepala tidak bisa terangkat tegak maka badan pun akan terganggu untuk ditegakan. Reflek ini juga mensinkronisasikan semua reflek.

Pada anak yang dilahirkan lewat perut atau sesar akan mengalami gangguan pada refleknya. Reflek yang kacau tersebut diantaranya adalah :
1.      Babinski reflek
2.      Blinking reflek
3.      Withdrawer reflek
4.      Grasping reflek
5.      Rooting reflek
6.      Galan reflek

Pada anak yang mengalami gangguan seperti ini Fisioterapis akan memberikan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak tersebut yaitu mengembalikan dan memunculkan reflek primitive tersebut.

Fasciitis Plantaris



Pengertian fasciitis plantaris

Fasciitis Plantaris adalah strain atau cidera berulang dari lengkung medial tumit yang merupakan salah satu penyebab paling umum dari nyeri di kaki. Terdapat dua fungsi dari fascia plantaris yaitu dilihat secara statis dan dinamis. Statis, menstabilkan arcus longitudinal dan arcus transversal. Dinamis, mengembalikan arcus dan membantu mensuport gerakan toe-off. Ketika jaringan fascia ini mengalami trauma atau inflamasi, akan terasa sakit dan atau kelemahan di area tersebut (Joshua Dubin, 2007).

Anatomi ankle dan foot

Kaki terdiri dari 26 tulang selain tibia dan fibula yang membentuk serangkaian lengkung di kaki. Dari 26 tulang 7 adalah tarsal yang terdiri dari calcaneus, talus, navicular, cuboid, cuneiform medial, lateral dan intermediet. 5 adalah metatarsal dan 14 adalah phalangeal (Cheryl, 1988). 

Telapak kaki memiliki dua arcus yaitu arcus longitudinal dan arcus transversal. Kapandji melaporkan bahwa ukuran normal dari arcus medial longitudinal adalah 15-18 mm yang diukur dari tanah sejajar navicular (Cheryl, 1988). Lengkung tersebut dibentuk oleh plantar aponeurosis yang sering dikenal plantar fascia, long and short plantar ligament, serta plantar calcaneonavicular ligament. Plantar Aponeurosis adalah jaringan tebal yang membentang dari tuberositas calcaneal dan menyatu dengan kulit, masuk kedalam sarung tendon fleksor dan ligament metatarsal transversal(Cheryl, 1988).

Faktor resiko 

Menurut James D. Goff , dkk (2011). Terdapat delapan faktor resiko yang yang mempengaruhi timbulnya atau dapat memperparah keluhan Fasciitis Plantaris. (1) Pes Planus atau keadaan kaki dalam posisi pronasi terus menerus, (2) Pes Cavus atau keadaan kaki yang memiliki arcus tinggi yang menandakan pemendekan fascia plantaris, (3) Aktifitas berlari yang berlebihan, (4) Perbedaan panjang kaki, (5) Obesitas atau berat badan yang berlebihan (IMT lebih dari 30 kg/m2), (6) Aktivitas berdiri atau berjalan lama seperti pekerja militer, (7) Gaya hidup buruk, (8) Kelemahan tendon Achilles dan otot penyusunnya.

Tanda dan gejala

Kebanyakan pasien memiliki rasa sakit di tumit merasa lemah setelah berdiri dari tempat tidur di pagi hari. Rasa sakit juga dirasakan ketika pasien beristirahat lama duduk dan kembali memulai untuk bangkit berjalan lagi. Pasien akan merasakan rasa yang tidak nyaman atau nyeri bila dilakukan peregangan di fascia plantaris ke arah dorsi fleksi dan penekanan di tuberculum calcaneal. Itu disebabkan karena terdapat osteofit yang tumbuh di area tersebut yang dapat dilihat dari foto rontgen. Namun tidak selalu seorang yang memiliki osteofit memiliki keluhan fasciitis plantaris sehingga pemeriksaan foto rontgen tidak menjadi prioritas pemeriksaan yang menunjang.

MRI (Magnetic Resonance Imaging) merupakan alat pemeriksaan yang mahal. Walaupun demikian alat ini sangat efektif untuk melihat adanya jaringan fascia yang mengalami penebalan atau peradangan (James D. Goff, 2011).

Perawatan madiri

Perawatan mandiri ini dimaksudkan agar pasien setelah mendapatkan penanganan di rumah sakit oleh Fisioterapis dapat melakukan perawatan agar keluhan yang dialami tidak bertambah berat.
  1. Myofacial release >> Latihan myofacial release dapat diajarkan kepada pasien. Gerakan pertama pasien memegang phalang proksimal 1,2,3 menggunakan tangan kanan dan kemudian memendekan atau mengendurkan fascia plantaris dengan melakukan fleksi jari pada metatarsophalangeal (MTP’s). Sedangkan tangan kiri memberikan tekanan pada tengah jaringan fascia. Gerakan kedua pasien meregangkan fascia plantaris dengan mengekstensikan MTP’s dan tangan melakukan stretch ke arah proksimal secara berulag-ulang.
  2. Stretching >> Penguluran  otot gastrocnemius dan plantar fascia dengan stretch ke arah dorsi fleksi, wall stretch atau berjongkok.
  3. Latihan penguatan >> Latihan penguatan otot dengan latihan isometrik melawan tahanan dengan melakukan quadriceps band, atau dapat dimodifikasi dengan latihan bersepeda dan berenang.
  4. Night splint >> Merupakan orthose yang dipakai untuk menjaga atau mensuport fascia plantaris pada keadaan normal untuk meredam peradangan yang terjadi ketika lama istirahat dan terjadi pemendekan fascia plantaris. Sehingga nyeri tidak timbul ketika memulai beraktivitas.

Sumber :
Dubin, Joshua.2007. Evidence Based Treatment for Plantar Fasciitis. Review of Literature. Sports Therapy of USA.
Riegger, Cheryl. 1988. Anatomy of the Ankle and Foot. Physical Therapy. Journal of APTA. Volume 68/ Number 12.
Goff, James. 2011. Diagnosis and Treatment of Plantar Fasciitis. American Academy of Family Physicians.Volume 84(6):676-682.
Bolgla, Lori. 2004. Plantar Fasciitis and the Windlass Mechanism : Beomechanical Link to Clinical Practice. Journal of Athletic Training. National Athletic Trainers. Volume 39(1):77-82. Link :

Jumat, 23 Mei 2014

Anatomy Lumbal


Columna vertebra merupakan gabungan dari 7 ruas tulang cervical, 12 ruas thoracal, 5 ruas lumbal, 5 ruas sacrum, dan 1 ruas tulang ekor. Vertebra lumbal tersusun membentuk cekungan lordosis (Putz, 2002).

Columna Vertebra (Hall, 2003).

Stabilisas vertebra lumbal terutama terdiri dari bentuk tulang vertebra dan ligamen sebagai stabilisas pasif serta otot sebagai stabilisasi aktif. Ligamen yang memperkuat persendian columna vertebralis region lumbal antara lain : (1) ligamen longitudinal anterior, (2) ligamen longitudinal posterior, (3) ligamen flavum, (4) ligamen interspinosus, dan (5) ligamen supraspinosus (Hall, 2003).
1.      Otot penyusun penggerak utama trunk
Otot trunk atau dikenal sebagai core muscle merupakan otot-otot yang berada pada vertebra dan pelvis. Struktur penyusun otot trunk yang berfungsi sebagai fleksor trunk adalah (1) rectus abdominis, (2) obliqus internus, (3) obliqus eksternus. Otot-otot ini berada di bagian perut (Hall, 2003). Otot rectus abdominis berorigo pada simpisis pubis dan berinsersio pada prosesus xhipoideus, cartilage costa, dan costa ke 5-7. Otot obliqus internus berorigo pada aponeurosis thoraco-lumbal, cristailiaca, ligament inguinal lateral dan berinsersio pada permukaan dalam costa ke 10-12, garis pectineal tengah dari pubis, dan linea alba. Otot obliqus eksternus berorigo pada permukaan luar costa ke 5-12 dan berinsersio pada puncak anterior tulang ilium, ligament inguinal, dan linea alba (Cael, 2010).
Grup Otot Fleksor Trunk (Hall, 2003)

Gerakan ekstensi digerakan oleh grup otot : (1) erector spine yang terdiri dari otot spinalis, longisimus, dan illiocostalis, (2) semispinalis yang tersusun dari otot semispinalis capitis, semispinalis cervicis, dan semispinalis thoracic, (3) otot vertebra dalam terdiriri dari otot mulitifidus, otot rotator, otot interspinal, otot intertransversus, and otot levator costae (Hall, 2003).

Otot illiocostalis berorigo pada sacrum aspek posterior, bibir medial ilium, permukaan posterior dari costa 1-12, dan berinsersio pada prosesus tranversus L1-L3, permukaan posterior dari costa 1-6, prosesus tranversus dari C4-C7. Otot longisimus berorigo pada aponeurosis thorako-lumbalis, prosesus tranversus L5-T1, prosesus spinosus C4-C7, dan berinsersio pada prosesus tranversus T1-T12, permukaan posterior dari costa 3-12, prosesus tranversus dari C2-C6, prosesus mastoideus. Otot spinalis berorigo pada prosesus spinosus T11-L2, prosesus spinosus C7-T2, dan berinsersio pada proses spinosus T1-T8, prosesus spinosus C2-C4. Otot semispinalis berorigo pada prosesus tranversus T10-C7, prosesus spinosus C6-C4, dan berinsersio pada prosesus spinosus T4-C2. Otot multifidus berorigo pada prosesus tranversus L5-C4, posterior sacrum, posterior spinailiaka, dan berinsersio pada prosesus spinosus L5-C2. Otot rotator berorigo pada prosesus tranversus L5-C1, dan berinsersio pada prosesus spinosus diatasnya. Otot interspinalis berorigo pada prosesus spinosus L5-T12, prosesus spinosus T3-C2, dan berinsersio pada prosesus diatasnya. Otot intertranversus berorigo pada prosesus tranversus L5-C1 dan berinsersio pada prosesus tranversus diatasnya (Cael, 2010).

Otot penggerak lateral fleksi lumbal adalah otot quadratus lumborum dan psoas mayor (Hall, 2003). Otot quadratus lumborum berorigo pada cristailiaca posterior, ligament iliolumbar, dan berinsersio pada prosesus tranversus L1-L4, inferior costa 12. Otot psoas mayor berorigo pada prosesus tranversus dan lateral corpus T12-L5, dan berinsersio pada trochanter medial (Cael, 2010).

Mengenal Apa Itu Fisioterapi?


Menurut PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2013 :
Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis) pelatihan fungsi, komunikasi.

Peratuaran tersebut dapat diunduh langsung dalam link berikut :



SUMBER :
  1. http://ifi.or.id/upload/file/PERMENKES_No.80_Tahun_2013.pdf