Pengertian fasciitis plantaris
Fasciitis
Plantaris adalah strain atau cidera berulang dari lengkung medial tumit yang
merupakan salah satu penyebab paling umum dari nyeri di kaki. Terdapat dua
fungsi dari fascia plantaris yaitu dilihat secara statis dan dinamis. Statis,
menstabilkan arcus longitudinal dan arcus transversal. Dinamis, mengembalikan
arcus dan membantu mensuport gerakan toe-off. Ketika jaringan fascia ini
mengalami trauma atau inflamasi, akan terasa sakit dan atau kelemahan di area
tersebut (Joshua Dubin, 2007).
Anatomi ankle dan foot
Kaki terdiri
dari 26 tulang selain tibia dan fibula yang membentuk serangkaian lengkung di
kaki. Dari 26 tulang 7 adalah tarsal yang terdiri dari calcaneus, talus,
navicular, cuboid, cuneiform medial, lateral dan intermediet. 5 adalah
metatarsal dan 14 adalah phalangeal (Cheryl, 1988).
Faktor resiko
Menurut James D. Goff , dkk (2011). Terdapat
delapan faktor resiko yang yang mempengaruhi timbulnya atau dapat memperparah
keluhan Fasciitis Plantaris. (1) Pes Planus atau keadaan kaki dalam posisi
pronasi terus menerus, (2) Pes Cavus atau keadaan kaki yang memiliki arcus
tinggi yang menandakan pemendekan fascia plantaris, (3) Aktifitas berlari yang
berlebihan, (4) Perbedaan panjang kaki, (5) Obesitas atau berat badan yang
berlebihan (IMT lebih dari 30 kg/m2), (6) Aktivitas berdiri atau
berjalan lama seperti pekerja militer, (7) Gaya hidup buruk, (8) Kelemahan
tendon Achilles dan otot penyusunnya.
Tanda dan gejala
Kebanyakan
pasien memiliki rasa sakit di tumit merasa lemah setelah berdiri dari tempat
tidur di pagi hari. Rasa sakit juga dirasakan ketika pasien beristirahat lama
duduk dan kembali memulai untuk bangkit berjalan lagi. Pasien akan merasakan
rasa yang tidak nyaman atau nyeri bila dilakukan peregangan di fascia plantaris
ke arah dorsi fleksi dan penekanan di tuberculum calcaneal. Itu disebabkan
karena terdapat osteofit yang tumbuh di area tersebut yang dapat dilihat dari
foto rontgen. Namun
tidak selalu seorang yang memiliki osteofit memiliki keluhan fasciitis
plantaris sehingga pemeriksaan foto rontgen tidak menjadi prioritas pemeriksaan
yang menunjang.
MRI
(Magnetic Resonance Imaging) merupakan alat pemeriksaan yang mahal. Walaupun
demikian alat ini sangat efektif untuk melihat adanya jaringan fascia yang
mengalami penebalan atau peradangan (James D. Goff, 2011).
Perawatan madiri
Perawatan mandiri ini dimaksudkan agar pasien setelah mendapatkan penanganan di rumah sakit oleh Fisioterapis dapat melakukan perawatan agar keluhan yang dialami tidak bertambah berat.
- Myofacial release >> Latihan myofacial release dapat diajarkan kepada
pasien. Gerakan pertama pasien memegang phalang proksimal 1,2,3 menggunakan
tangan kanan dan kemudian memendekan atau mengendurkan fascia plantaris dengan
melakukan fleksi jari pada metatarsophalangeal (MTP’s). Sedangkan tangan kiri
memberikan tekanan pada tengah jaringan fascia. Gerakan kedua pasien
meregangkan fascia plantaris dengan mengekstensikan MTP’s dan tangan melakukan
stretch ke arah proksimal secara berulag-ulang.
- Stretching >> Penguluran otot gastrocnemius dan plantar fascia dengan stretch ke arah dorsi fleksi, wall stretch atau berjongkok.
- Latihan penguatan >> Latihan penguatan otot dengan latihan isometrik melawan tahanan dengan melakukan quadriceps band, atau dapat dimodifikasi dengan latihan bersepeda dan berenang.
- Night splint >> Merupakan orthose yang dipakai untuk menjaga atau
mensuport fascia plantaris pada keadaan normal untuk meredam peradangan yang
terjadi ketika lama istirahat dan terjadi pemendekan fascia plantaris. Sehingga
nyeri tidak timbul ketika memulai beraktivitas.
Sumber :
Dubin, Joshua.2007. Evidence Based
Treatment for Plantar Fasciitis. Review of Literature. Sports Therapy of USA.
Riegger,
Cheryl. 1988. Anatomy of the Ankle and Foot. Physical Therapy. Journal of APTA.
Volume 68/ Number 12.
Goff,
James. 2011. Diagnosis and Treatment of Plantar Fasciitis. American Academy of
Family Physicians.Volume 84(6):676-682.
Bolgla, Lori. 2004.
Plantar Fasciitis and the Windlass Mechanism : Beomechanical Link to Clinical
Practice. Journal of Athletic Training. National Athletic Trainers. Volume
39(1):77-82. Link :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar